Minggu, 17 Mei 2009

Perempuan Lajang itu...


Ruthanne Lum Mc Cunn, aku tidak pernah mendengar nama pengarang ini sebelumnya—untuk persoalan ini jelas aku yang kuper. Aku baru mengenalnya setelah secara iseng aku membeli novelnya ‘Tiga Dara Berhati Baja’ seharga 10.000 rupiah pada sebuah pesta buku di Gelora Bung Karno dua bulan lalu. Dengarlah, judul novel itu. Akan mengingatkan kalian pada judul film laga nasional era 80-an. Kuberitahu, ini bukan novel silat, meskipun ada beberapa adegan pukul memukul di sana. Ini novel tentang perempuan-perempuan yang memilih tidak menikah. Selain judulnya yang agak jadul, cover buku ini terkesan norak sekali. Lihatlah, gambar kupu-kupu dalam balutan empat warna, orange, kuning, dan garis-garis hitam. Tapi kadang cover tidak mewakili isi. Paling kurang itu yang akan kau rasakan saat mulai membaca halaman demi halaman novel terbitan Q Press ini. Kau akan dibawa menjelajah China abad 19 dalam 370 halaman buku.

Bersetting di Cina Selatan tahun 1830, novel multiplot yang bergerak lincah ini mengabarkan betapa sejak dari dahulu kala perempuan selalu menjadi korban kekerasan. Pada masa itu ada tradisi setiap anak perempuan yang mulai tumbuh menjadi remaja harus tinggal di Rumah Gadis di waktu malam. Di sana mereka diajari bagaimana menjadi istri taat pada suami dan menjadi menantu yang patuh pada mertua. Para pencari jodoh akan mendatangi Rumah Gadis untuk memilih salah satu untuk pria yang sedang mencari istri. Orang tua gadis yang terpilih akan menerima sejumlah uang dan bentuk harta lainnya dari calon besan mereka. Setelah itu si gadis akan menjadi milik si suami dan keluarganya. Selain menjadi budak seks suami, si gadis harus bekerja untuk keluarga suami tanpa upah. Bahkan makan pun dijatah.

Kau akan bertemu Yun Yun, gadis yang dipilih menjadi istri oleh putra keluarga Chow harus menanggung siksa sepanjang hidupnya. Si suami bahkan tidak peduli Yun Yun hamil, dan dia terus saja diperas tenaganya untuk seks dan pekerjaan. Saban hari Yun Yun harus turut bekerja di dapur dan membantu keluarga Chow di peternakan ulat sutra.

Menolak menjadi istri semacam itu, tiga orang gadis di Rumah Gadis memutuskan untuk tidak menikah dan hidup mandiri. Mereka tinggal bertiga di sebuah rumah yang mereka sewa secara patungan. So, keputusan tiga gadis ini menimbulkan goncangan pada nilai-nilai tradisi yang telah mengakar. Cercaan, hinaan, pengucilan menjadi risiko paling ringan yang harus ditempuh tiga gadis ini.

Membaca semangat ketiga gadis ini, kau akan tahu memilih hidup melajang dan mandiri adalah merebut kendali atas hidupmu sendiri. Tanpa kendali sendiri, kau akan gampang mengabaikan tanggung jawab.

Menjadi perempuan lajang sampai sekarang bahkan di Amerika sekalipun kurang dianggap terhormat dibanding dengan mereka yang menikah. Menempuh hidup sebagai lajang di Indonesia akan selalu dipandang sebagai perempuan tidak laku, memalukan. Bahkan orang menganggap status janda lebih jelas ketimbang perempuan lajang. Kekerasan psikis yang harus diterima perempuan ini telah melembaga dalam aturan-aturan negara. Perempuan yang secara sadar memilih tidak menikah, tetap melajang, dianggap melanggar etika masyarakat. Perempuan lajang itu, duh…

Ruthanne Lum McCunn, aku tidak tahu apakah dia seorang perempuan yang memilih melajang? Atau jangan-jangan dia laki-laki lajang? Di buku ini tidak ada informasi apa pun mengenai profil pengarang satu ini, selain telah menulis tiga fiksi dan empat nonfiksi. Selebihnya adalah informasi bahwa novel ini dicetak pertama pada April 2007 lalu. Diterjemahkan oleh Yanto Musthofa atas izin dari The Moon Pearl, 25 Beacon Street, Boston, Masachusetts, USA, 2000. Mungkin aku akan googling aja, atau bertanya pada kawan novelis.

1 komentar:

  1. Apakah ciri dari gerakan feminisme(?)Banyak dari aktifisnya hidup melajang. Melajang adalah pilihan hidup. Kendali atas hidupnya dipegang teguh-teguh, tanpa orang lain merenggutnya, apalagi kaum yang bernama suami. berjuang demi feminisme (atau lebih tepatnya memperjuangkan "persamaan gander" ?) adalah pilihan hidup dengan segala konsekuensinya.

    BalasHapus