Sabtu, 10 April 2010

Kritik Feminisme Atas Budaya Populer


(versi lengkap resensi yang dimuat Koran Jakarta, Kamis, 8 April 2010)

Budaya populer menjadi kajian menarik dan tak ada habisnya dalam studi-studi ilmu budaya. Budaya populer yang lahir dari rahim modernisme dan dibesarkan oleh industri sebagai instrumen utama kapitalisme, punya andil besar membentuk dan memproduksi dinamika kehidupan masyarakat dalam mendefiniskan dan memproyeksikan dirinya. Salah satu kritik yang ditujukan pada budaya populer ialah wataknya yang pragmatis, artifisial, dan karenanya dangkal.

Buku ini menyajikan bagaimana feminisme, sebagai sebuah bentuk politik yang bertujuan untuk mengintervensi dan mengubah hubungan kekuasan yang tidak setara antara lelaki dan perempuan, melakukan kritik terhadap budaya populer. Joanne Hollows, dosen senior dalam kajian Media dan Budaya di Notingam Trent University, mengidentifikasi beberapa pendekatan feminis kunci terhadap budaya populer dari tahun 1960 sampai 1990. Melalui buku ini Joanne juga menunjukkan bagaimana hubungan antara feminisme, feminitas, dan budaya populer sering bermasalah satu sama lain.
Joanne memperkenalkan gagasan utama tentang feminisme gelombang kedua dan feminisme cultural studies, kemudian memaparkan perdebatan kalangan feminis dalam mendekati budaya populer pada beberapa kasus kajian: film perempuan, fiki romantis, opera sabun, budya konsumsi danmaterial, praktik fashion dan kecantikan; juga budaya anak muda dan musik pop. Sebelum melihat lebih jauh perdebatan feminis terhadap budaya populer Joanne menggaris bawahi bahwa identitas feminisme merupakan produk dari konteks historis tertentu.

Kritik feminis pada kasus film perempuan misalnya. Bagaimana film-film diproduksi dan menempatkan perempuan sebagai objek. Keberadaan perempuan dinilai dari sejauh mana dia tampil dengan watak femininitas yang ditonjolkan. Demikian pula fiksi romantis yang mereproduki budaya patriarki. Perempuan disuapi dengan cinta sejati. Opera sabun yang membahayakan kesadaran politik perempuan. Praktik fashion dan kecantikan yang telah mendikte perempuan untuk diarahkan. Pada kutub yang lain, budaya anak muda serta musik pop, terus menerus memproduksi ilusi-ilusi tentang kebahagiaan, kesedihan, dan aneka macam bentuk budaya yang menghilangkan kreatifitas.

Kajian pengantar ini ditulis dengan penuturan sangat rinci dan mudah dipahami. Teori-teori feminisme dipaparkan melalui kajian kasus budaya populer yang tak terpisahkan dalam keseharian. Tinjauan mengenai kritik para feminis dalam menggambarkan perbedaan kultural antara apa yang “feminis” dan yang tidak, sambil menunjukkan bagaimana identitas feminis seringkali diproduksi sebagai bentuk penolakan atas bentuk dan praktik feminin.

Buku ini memaparkan bagaimana implikasi posisi tersebut terhadap posisi politik budaya feminis. Penulis juga mengilustrasikan betapa penting memahami identitas feminin dan feminis sebagai salah satu situs perjuangan dalam konteks historis yang spesifik.

Misalkan, karena pemikiran feminis ini tumbuh dari kaum perempuan kulit putih, gerakan ini acap ditolak oleh perempuan dari warna kulit berbeda. Di sisi lain gerakan ini dianggap bias ras, sehingga aroma diskriminasi tak pelak mewarnai teori-teori feminisme. Inilah salah satu yang menjadi sorotan tajam Joanne Hollows.

Data Buku
Judul : Feminisme, Femininitas, dan Budaya Populer
Penulis : Joanne Hollows
Penerjemah : Bethari Anisa Ismayasari
Penerbit : Jalasutra
Cetakan : 1, Maret 2010
Tebal : Tebal: viii + 296 hlm
Harga : Rp.47000