Rabu, 01 April 2009

Azan di Pelataran Mal

Beberapa jam setelah keluar dari perpustakaan Depdiknas di Jalan Jenderal Sudirman, aku tak menyangka aku akan melakukan sebuah pekerjaan yang tak pernah terbayangkan. Pekerjaan biasa saja sesungguhnya. Tapi aku kira pekerjaan ini setidaknya tak akan dilakukan kawan terdekatku. Pekerjaan yang kulakukan dengan begitu gugup, tak percaya diri.
Hari itu sembari menunggu sms dari kawan soal kepastian meeting dengan klien kami di BI (Bank Indonesia) aku menenggelamkan diri di ruang perpustakaan teduh itu. Hampir tiga jam aku di sana, keluar sebentar untuk mengisi perut di sebuah kedai cepat saji mal Ratu Plaza samping kanan Depdiknas. Kabar itu datang seusai menu pesananku tandas kulahap, seakan menunggu aku betul-betul siap.

Bukan kabar kepastian meeting, karena kabar tersebut telah kuperoleh satu jam sebelumnya. Melainkan kabar dari kampung; mula-mula sms yang berbunyi: yah, dede udah lahir yang ditulis anak sulungku. Usai membuka pesan itu aku langsung menelpon. Tapi terdengar nada sibuk. Kucoba lagi, sibuk lagi. Menunggu beberapa menit dengan berdebar-debar, ponselku berdering. Dari istriku. Menegaskan kabar tadi. Aku gembira dan ingin berteriak mengekspresikan kegembiraanku, atau bersujud syukur. Tapi aku tahu aku tidak mungkin melakukannya sekarang di pelataran mal ini. Namun tatkala istriku memintaku mengazani anak kami yang baru lahir itu, aku menepi dan mengumandangkan azan lirih-lirih di ponselku. Aku tahu di pelataran mal ini orang tak akan ada yang peduli dengan apa yang kulakukan. Tapi aku yakin jika mereka melihat wajahku mereka pasti tahu betapa aku tengah dilanda perasaan suka cita.

Siapakah yang sanggup menolak kemurnian? Menolak kesucian? Dunia yang sudah padat, sumpek, dan menjengelkan ini akan selalu menyediakan tempat buat kemurnian, menyisihkan ruang buat kesucian, buat harapan tentang masa depan yang lebih baik. Tunas-tunas muda, tidakkah ia harapan? Dan bukankah orang selalu membutuhkan harapan untuk mempertahankan kehidupan yang apa boleh buat seringkali membosankan ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar