Sabtu, 17 Juli 2010

Sastra Dunia Ketiga



(Resensi ini disiarkan Lampung Post, Minggu, 18 Juli 2010)


Dalam film-film produksi Bollywood, India selalu ditampilkan dengan kemewahan, kesuksesan lengkap dengan gambaran-gambaran tentang kesejahteraan ekonomi yang hampir tanpa cela.

Namun, Vikas Swarup melalui ‘Six Suspect’, novel keduanya ini, menjungkir balikkan semua gambaran tersebut. Novel yang mengangkat sepak terjang Vicky Rai, putra seorang politisi korup ini seakan mengorek borok-borok India yang paling gelap. Segi-segi yang selama ini ‘ditutupi’ dalam film-film Bollywood dibongkar habis-habisan.

Mulai dari hakim yang doyan disuap, kaum birokrat yang gemar melakukan intrik dan kekerasan demi mencapai ambisi kekuasan, pelacuran di dalam industri perfilman Bollywood, hukum yang pandang bulu, konspirasi busuk pengusaha dan penguasa, sampai gaya hidup mewah kaum kelas menengah di tengah kemelaratan rakyat.

Vicky Rai, putra seorang Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Uttar Prades, India Utara, menembak mati Ruby Gill, seorang pelayan restoran lantaran dia menolak menyajikan minuman untuk Vicky Rai. Namun pengadilan kemudian membebaskan Vicky dengan vonis tak bersalah.

Kasus ini hanya bagian kecil saja dari prilaku kriminal yang dilakukan sang putra Menteri Dalam Negeri. Semasa remaja dengan sedan BMW-nya sepulang dari mabuk-mabukan di sebuah bar, Vicky pernah menggilas enam tunas wisma yang tengah tidur di trotoar. Dia juga membunuh seorang jagawana, satu-satunya saksi atas ulah Vicky berburu hewan yang dilindungi.

Namun berkat uang dan kekuasaan sang ayah, semua perbuatan kriminal yang dilakukannya itu tak membuatnya bebas dari jeratan hukum. Vicky melenggang bebas, bahkan kemudian tumbuh menjadi industrialis yang memperkokoh kekuasaan keluarga dan kroninya.

Vonis bebas dari pengadilan kemudian dirayakan secara besar-besaran di rumah mewahnya yang berdiri megah di tak jauh dari permukiman kumuh kaum melarat India. Pada puncak pesta perayaan itulah keadilan berbicara. Dua butir peluru menembus tubuh Vicky. Polisi kemudian menangkap enam tersangka; mereka yang kedapatan membawa senjata api dalam pesta tersebut. Polisi begitu sigap menangkap para pelaku ketika korban ada di pihak kaum kaum elit. Begitulah yang umum terjadi di negara-negara dunia ketiga, hukum berlaku hanya bagi rakyat kebanyakan yang hidup dalam kemiskinan dan tak memiliki banyak pilihan. Sementara kelas menengah dan kaum interektual yang semestinya muncul sebagai pembela, justru turut sibuk menjilat penguasa, demi menikmati gaya hidup hedonisme. Jadilah rakyat muncul meminta keadilan dengan caranya sendiri.

Novel dengan cerita yang melibatkan begitu banyak tokoh dan kompleksitas karakternya serta percabangan kisahnya yang rimbun, membuat tidak mudah memberi label novel sebagai novel thriller atau detektif, drama. Karena semua unsur-unsur hadir secara bersamaan membetot rasa penasaran pembaca.

Novel ini merepresentasikan India kontemporer yang makin meninggalkan semangat Swadesi, ajaran sang bapak Bangsa India, Mohandas Karamchand Gandhi dalam melawan penjajahan Inggris. Tujuh dosa sosial yang dikhawatirkan Gandhi mewabah dalam kehidupan bangsa India. Sehingga muncullah realitas masyarakat India yang jatuh dalam tujuh dosa sosial tadi, yakni kekayaan tanpa kerja keras, pendidikan tanpa karakter, kesenangan tanpa nurani, agama tanpa pengorbanan, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, bisnis tanpa etika moralitas, dan politik tanpa prinsip.

Penuturan yang rinci mengenai sejarah, geografi, eksotika budaya dan kehidupan bangsa India kontemporer memperlihatkan betapa novel yang menggunakan gaya bertutur multi plot dan multi narator ini ditulis berdasarkan riset yang mendalam. Bagi kita pembaca Indonesia, membaca realitas India yang digambarkan Vikas, seperti melihat kondisi Indonesia.

Vikas Swarup adalah seorang diplomat yang dikenal di pentas sastra dunia sejak novel pertamanya ‘Q&A’. Novel pertamanya ini kemudian difilmkan menjadi “Slumdog Millionaire” oleh sutradara Inggris Danny Boyle. Film yang memenangi sejumlah penghargaan di ajang Oscar 2009 tersebut sempat menuai protes keras dari pemerintah dan masyarakat India— negeri yang kerap memenangi kontes ratu kecantikan sejagat ini— lantaran dianggap telah melecehkan kehormatan bangsa India dan menjualnya dengan harga yang murah. Tak kurang dari aktor India legendaris, Amitabh Bachchan, turut melancarkan protes.

Seperti novel pertamanya tersebut, ‘Six Suspect’ telah diterjemahkan ke dalam 24 bahasa dan akan segera pula difilmkan.

Judul : Six Suspect; Pembunuhan Pun Mengenal Kasta
Penulis : Vikas Swarup
Penerbit : Bentang, Yogyakarta
Cetakan : 1, Mei 2010
Tebal : 659 halaman
Harga : Rp 73.000
ISBN:978-602-8811-00-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar